Thursday, 2 June 2011

aku dan buku-ku

write to God,

Bulan May kemaren, pembimbing KTB gue, Ci Fanny balik Jakarta, berlibur bersama her lovely daughter, Jocelyn (2years). Kami ibadah bersama digereja, dan saat itu Jocelyn nga masuk Ruang Baby, tapi ikut ke ruang kebaktian. Berhubung masih sangat kecil, besar kemungkinan dia rewel saat ibadah, tapi untungnya Jocelyn cukup kooperatif walaupun harus sedikit di “ssstttt”. Kebaktian dengan anak kecil, hasilnya perhatian gue pecah, pada akhirnya gue nga dengarin khotbah, tapi gue mendapat pelajaran dari Jocelyn. Saat gue liat Jocelyn mulai rewel, tiba-tiba keluar inisiatif, gue keluarin buku lagu gue dan pensil. Buku lagu gue itu buku catatan, isinya baru sekitar 10 lembar yang tertulis lagu-lagu. Gue buka lembar terakhir (yg masih putih bersih) gue sodorin sama Jocelyn. Dia seneng banget dan mulai mengambar *baca: corat-coret* baru seperempat lembar dia gambar, dia balik buku gue. Ketemu halaman kosong, saat itu gue nga mikir apa2, cumen seneng liat dia asik menggambar. Baru gambar 10detik, dia balik lagi buku musik gue, DAN gue baru sadar, dia membalik lembaran dengan cukup tebal. Tangannya yang mungil blom bisa mengambil selembar demi selembar kertas. Saat itu yang terpikir, kalo dia buka pas bagian yang udah gue tulis2 lagu, mateng gueee.. saat itu maminya lihat dan bilangin celin sambil sodorin warta jemaat. Untungnya Jocelyn suka sama warta itu, dan dia asik menggambar disana. Dan pelan-pelan gue amankan buku lagu gue. hehe

Pelajarannya yang pertama, ketika gue menyerahkan sesuatu pada anak kecil (apalagi umur 2 tahun) gue harus rela serela-relanya terhadap segala hal yang akan terjadi termasuk menggambar pada bagian yang tidak diharapkan, atau bahkan di”basahi”. Pelajaran kedua, gue analogikan, seringkali gue bertindak seperti itu sama Tuhan. Analoginya, gue punya buku, buku yang isinya catatan hidup gue, dari masa lalu, sampai saat ini. Dan masih banyak bagian kosong yang akan diisi nanti sambil menjalani hidup. Buku itu = Hidup gue.

Ketika gue menerima Tuhan Yesus, gue mempercayakan buku itu ke tangan Tuhan, gue sodorin buku, gue bukain halaman kosong dan juga kasih pensilnya and bilang “Tuhan.. ini erni yang baru (halaman kosong), ditulisin dunk supaya hidup gue ikut sesuai rencanaMu dan taat perintahMu”. Tuhan pun mulai mengisi buku itu, tapi isinya nga penuh.. cuman sepotong-sepotong, and trus Dia balik kehalaman laen, dan nulis cuman sepotong-sepotong, lalu tiba-tiba Dia balik ke halaman depan, halaman yang sebelumnya sudah terisi penuh dengan kehidupan gue masa lalu, trus tiba2 gue bilang “Tuhan, jangan dibuka, buat apa.. itu khan sudah lewat, ngapain diutak-atik?” tapi Dia tetap corat-coret disana. Dan gue jadi sebel, Dia isi bagian yang kosong sepotong-sepotong, dan Dia corat-coret yang udah penuh.

Lalu tiba waktunya buku itu dikembalikan pada gue. Dengan hati sebel, gue buka bukunya, buka halaman awal pengen meratapi bagian apa yang dicorat-coret itu, tiba2 gue sadar, Dia bukan mencorat-coret, tapi dia melingkari semua sifat buruk gue: marah yang meledak-ledak, cuek, bohong, serakah, negatif thinking, gosip, fitnah, nyontek, dan menuliskan notes “jangan lakukan lagi yah” dan men-stabilo karakter sabar, bicara dengan sopan, dan menambahkan “keep your good work”. Hati yang sedih dan senang bercampur aduk, karena coretan itu membangun, melihat masa lalu bukan dengan ketakukan, tapi melihat masa lalu dengan pikiran terbuka. Lalu gue coba buka halaman kosong yang gue sodorin ke Tuhan, disana tertulis notes-notes singkat "kasihilah sesamamu", "jangan bersandar pada pengertianmu sendiri", "bersukacitah senantiasa", "jadilah garam dan terang dunia". Tuhan meminta gue menjalani hari depan gue dengan sungguh berjalan bersama Dia, bukan sendirian (gue sendiri, atau Dia sendiri).

Semua notes yang Dia tulis dibuku-ku, versi lengkapnya ada di buku-Nya (Alkitab). Jadi harusnya gue nga punya hak menuntut Tuhan mengisi full buku gue. Buku itu harus gue isi sendiri, dengan mengacu kepada Firman Yang Hidup. Tapi yah dasar manusia yang masih berdosa, kalo nga ada direct guidance, suka lemot nangkep maunya Tuhan, makanya sampe sekarang Tuhan tetep kasih catatan kaki dibuku kita.

Anyway, seperti disebutkan sebelumnya, buku gue = hidup gue. berhubung manusia itu makhluk sosial, jadi buku itu bukan privacy, buku itu kepublish dan dilihat, dibaca, dinilai, disimpulkan, diadopsi, dicela, dipuji, diplesetin, dipublish ulang dan masih banyak lagi. SO, be careful..!


But seek first the kingdom of God and His righteousness, and all these things shall be added to you. - Matthew 6 :33

No comments:

Post a Comment