*maap saya kembali dengan blog curhat* hehehe.
I thank God diberikan kefasihan berkomunikasi dengan banyak kalangan, walaupun bukan sebagai "speaker". hehehe. Temen2 gue bisa heran sama gue yang dengan "lancang" nya ngajak orang ngobrol tanpa memikirkan apa2. Kalo kata beberapa orang, gue punya "appeal" ketika ngomong, so they will attract to you and have a good conversation then. Contoh, pas awal kuliah gue punya temen geng, ada satu kesempatan kita rame2 kerumah salah satu teman dan gue dengan santainya menyapa bapaknya dan ngobrol basa-basi. Setelah ngobrol singkat, kita semua pindah ke kamar utk ngerjain tugas dan disana semua "menegur" gila loe berani ajak bokapnya ngobrol gitu aja, loe nga tahu siapa bapaknya? *oops* gue nga tahu bapaknya mantan militer, galak dirumah dan diluar rumah, anak2nya bahkan nga ada yang bisa ngobrol father-son-father-daughter, tapi seorang erni lancang ngajak basa-basi. gyahaha... ya iyalah wong nga ada yg bilangin sebelumnya, mana gue tahu bapaknya segitu menakutkan. kalo gue tahu sebelumnya, pas nyampe rumah itu mungkin gue cuman "siang om" *silent sampe pulang*. tapi afterall, besok2nya gue kesana, gue yg jadi frontliner maju..! wkwkwk..
Another sample, talking in the plane with foreigner at flight Kinabalu-Manila. dan gileee, 2 jam terbang ngobrol, gue yg memulai kenalan, gue yg cape duluan plus kehabisan topic, tapi dia (suami-istri) jadi semangat ngobrol terus, padahal gue tahu dia berasal dari penginjil yg agak2 nga terlalu beres. Another thing, mampu menolak boss yg ngajak meeting, sampe OB gue takjub, karyawan macam apa ini yg berani "suru" boss pergi meeting sendirian, wkwkwk. Kemampuan gue untuk bisa komunikasi dengan banyak kalangan nga menjadikan gue seorang marketing atopun PR. karena gue merasa lebih cocok pake kemampuan gue untuk hal personal, apalagi ternyata disekeliling gue masih banyak hal yang tidak terkomunikasikan dengan baik, terutama dalam rumah gue sendiri.
Gue menyadari nga semua orang punya kemampuan komunikasi yang baik. Komunikasi bukan sekedar bicara antara 2 orang atau lebih. Kalo dalam definisi gue (diadopsi juga dari hasil baca buku) komunikasi itu harus dimengerti oleh semua pihak, dan point yang disampaikan dimengerti 100% (bukan sebagian). contoh :
A : lapar, makan yuk. (si A blom makan dari pagi)
B : bentar lagi yah, nanggung. (dia pikir si A cuman lapar saja, bukan kelaparan)
percaya nga kalo pembicaraan seperti itu bisa saja menimbulkan keributan. kalo misalnya itu pasangan ato suami istri, hal2 sepele seperti ini malah kadang2 jadi nga sepele. Itu cuman contoh yang sangat singkat, masalahnya yang sering kita alami nga sesederhana itu. So can you imagine, ternyata hidup kita sangat bermasalah dengan komunikasi yang tidak tepat sasaran. Nga perlu belajar di institusi tertentu untuk bisa berkomunikasi, yang penting kita harus bisa membaca situasi, mau berubah dan pintar mengarahkan situasi.
Dirumah gue, komunikasi itu vital, ada 1 orang yang sulit mengerti dan dimengerti, and dia Emak gue. Sebagai orang tua, her mind-set was closed, dan kami anak2nya lama2 stress dengan kondisi ini. Habit negatif thingking, cepat marah dan bicara dengan suara tinggi itu nga bisa lepas dari emak gue. So, nga heran kalo anak2nya pasti ikutan. kalo marah ketemu marah, kapan masalah bisa selesai? Dan gue pernah denger, dengan siapa elo paling kenal/dekat, dengan dia-lah elo bakal paling berani melawan (in this case it would be your family)
One time, gue ditegor oleh my best friend yang nga sengaja mendengar keributan dirumah gue. dia mampir kerumah tanpa informasi, dan dia denger pas gue lagi marahin nyokap. Malam itu dia negor begini "ucapan loe itu doa, jadi better loe minta maap sama emak loe segera". That's my turning point. She's right, knp gue harus melawan nyokap (walaupun emank nyokap salah). Saat itu juga gue nangis2 dikamar emak gue.. T.T Menyadari keluarga gue bukan perfect family, and there will be no perfectness in anybody, gue belajar adaptasi plus pintar mencari celah kalo komunikasi sama emak gue. Hasilnya not bad, kalo emank gue marah alasan nga jelas, gue bisa "kalem". hahaha. kalem nya bukan cuek looh, tapi gue lebih open-heart terhadap kekuatiran emank gue yang tidak beralasan dengan mempertimbangkan semua pengalaman dan sumber yang dia peroleh. Emak gue bukan orang yg suka bersosialisasi, jadi pengalaman dia ini hanya diracuni oleh sesuatu yang bernama Televisi. "jangan naek pesawat ntar jatuh, jangan naek bus ntar kena pelecehan, jgn naek kereta jalurnya amblas, jangan naik kapal laut, nanti tenggelam. kalo nikah ntar cerai gimana soal bagi harta gono-gini nya???" wew... apaan ituuu..??? televisi memang media yang sangat buruk. Gue menganalisa sendiri apa yang emak gue peroleh, gue jadi semakin pintar ngomong sama emak. walaupun pikiran emak yang tertutup itu nga bisa hanya 1x di-omongin. Another big problem : emak gue nga open-hearted. And itu bisa jadi masalah untuk orang2 yang nanti akan bergabung dengan keluarga gue (contohnya calon mantu2 emak gue). Sekarang aja abang gue udah kasus, and stress sendiri. Abang gue tipe yang temperamental (terpengaruh emak gue), gue sendiri masih blom pinter komunikasi sama dia, walaupun kita suka ngobrol panjang lebar, tapi kalo dia lagi temperamental, silent is diamond.
Gue rasa you guys bisa analisa bagaimana selama ini kita berkomunikasi dengan sekeliling kita, technically we just need a humble, polite, honest and open heart. Practically it's not hard to do. Begitu juga bagaimana kita komunikasi sama Tuhan, yang biasa kita sebut sebagai Doa. eehh.. ada yang salah.. apakah Doa itu komunikasi?? Yeah, it is. but it's not complete. kenapa? seperti disebutkan sebelumnya : komunikasi itu melibatkan 2 (atau lebih) oknum dan isinya dimengerti semua pihak secara 100%. Nah, Doa itu minimal melibatkan 2 oknum, ada kita dan ada Tuhan. tapi Doa itu khan biasanya suara kita ke pada Tuhan, bukan suara Tuhan kepada kita, jadi Doa itu komunikasi yang tidak lengkap karena hanya 1 arah. Kalau Doa saja tidak cukup, Lalu bagaimana kita bisa ber-komunikasi dengan Tuhan?
That's why Tuhan siapkan Alkitab. disanalah Tuhan berbicara, bukan hanya kita yang menyampaikan suara tapi kita juga mendengarkan apa yang Tuhan sampaikan. Sebenernya Alkitab bukan hanya satu-satunya suara Tuhan, kita nga bisa menutup kemungkinan Tuhan bersuara dengan cara lain, tapi bagaimana kita menafsirkan kemungkinan lain itu jika nga pake guide dari Alkitab? Dengan adanya relasi 2 arah ini, apakah kita bisa miss-komunikasi..?? tentu saja bisa, buktinya banyak penafsiran yang salah terhadap Alkitab. Dipikir2 lucu yah. Kita ngomong sama Tuhan bisa langsung ngomong aja, tapi kita mau tau suara Tuhan harus baca dan analisa Alkitab satu per-satu, kenapa Tuhan nga ngomong langsung aja yah, simple and praktis. I think the point is how we fight for it. How we fight for have communication with Him. Knowing and loving God by His word with humbleness, and open-hearted. Yuk mari kita latih ilmu komunikasi kita..! komunikasi dengan sesama dan juga dengan Tuhan.
"orang yang suka baca itu nga cuman smart, tapi punya berbendaharaan kata yang kaya, makanya mereka bisa jadi orang yang berhasil" - Christin Widodo - owner at Christin Diamond
No comments:
Post a Comment