Dulu pernah ada yg bilang, kalo kita mau jalin relasi sama siapa aja, mau itu anak remaja, orang tua, kaya, miskin, apapun itu, menangkan dulu perutnya : ajak makan. perut kenyang, hati senang, ngobrol jadi enak. ada benernya juga seh. dan makan itu kalo menurut gue bisa bikin quality time. that's why kalo kumpul2 sama temen/family, pasti ada makan bersama, bener khaan??? nga mungkin nga makan...!
Banyak kondisi mau senang atau sedih, pasti ada makan2nya. kalo melayat, bahkan di malam kembang (malam terakhir sebelum penguburan/kremasi) ada jamuan makan bubur (biasanya orang chinese). sebelum2nya juga selalu stand-by camilan minimal kacang, permen dan air minum. Kalo ada ultah, kawinan, syukuran rumah baru, hamil 7 bulan, juga pasti ada jamuan makan2. I'm happy kalo dateng acara2 dimana orang2 itu bisa bahagia/bersyukur, kalo ke rumah duka, walaupun kondisinya bersedih, gue tetep bisa enjoy the food, and have chit-chat with others. Foods are accompanying happiness and sadness.
Kondisi dimana ada jamuan dan gue bener2 lose my appetite, cuman 2 : pas bokap meninggal, dan pas gue sakit. daaaaaan... sekarang muncul 1 kondisi dimana gue sepertinya bisa nga enjoy the food, this post will be about curhat yah.. :D
gue punya 1 orang temen baik yang undescribeable kondisinya, dia berasal dari keluarga broken home, saat ini dia jadi simpenan suami orang, dan merencanakan married dalam waktu dekat (tanpa surat karena beda agama). dan gue akan diundang. ini yang bakal bikin gue nga napsu makan, belom tiba hari nya aja gue udah kebayang. it's irritating me.
Gue (dan temen2) nga pernah restu sama tindakan dia, she's absurd, tapi buat dia this is happiness. I just can't imagine that day. I don't know what to do, and sedikit banyak gue menyalahkan diri gue seh. what i've done, knp gue nga bisa memberi impact besar utk hidup dia. selama ini gue ngapain aja?
Temen gue yg satu ini emang extreme history hidupnya, history keluarganya juga extreme, dan dari seluruh temen gue, emang cuman dia yang beda. yaaah.. mungkin karena ke"extreme"an temen gue ini, membuat gue (dan temen2) nga bisa masuk kasih insight ttg jalan yg benar.
gue berjuang mencoba mencari2, apa sebenernya tujuan temen gue ini, sampe gue juga nge bayangin calon suami nya itu cowo ******* tingkat dewa, bisa2nya selingkuh saat baru married bbrp bulan, dan istrinya hamil anak pertama, daaaaaaaaan skrg mau nikah saat istrinya hamil lagi...! (nga tahu hamil anak keberapa) gue jg nga habis pikirrrr.. apa yg ini cowo mau seh?? apa yg temen gue cari...? harta? sex? acceptance? man's love?
Sampe kmrn pas ketemu sama temen gue ini, she show happiness, dia persiapan venue, dress dll, and gue cuman pasang muka flat without any comment. pas pulang, malam itu gue sate dan dapet ayat yang menegur :
Yakobus 4: 11-12Jangan memfitnah orang11 Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah ! Barangsiapa memfitnah saudaranya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya. 12 Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?
perikop nya memang tentang memfitnah, tapi entah knp ayat 12 koq nampol ke gue. yang gue lakukan adalah menghakimi temen gue (dan family-nya) + calon suaminya, walaupun jelas mereka semua berbuat SALAH. sesuatu yang jelas salah di mata manusia. tapi dibalik itu ada kesalahan yang gue lakukan : gue menjudge dia dan calon suaminya itu.
hhmmm.. gimana bilangnya yah... ketika gue kasih pernyataan : tindakan itu salah : itu sudah menghakimi.
dan itu pasti dirasain temen gue sebagai penolakan, and i can imagine how sad is she, ketika dia ditolak, bahkan oleh teman2 dekatnya. ketika gue masang muka flat, dia tahu artinya apa. I judge her.
Besoknya gue sate :
Roma 14:1-13Jangan menghakimi saudaramu1 Terimalah orang yang lemah imannya tanpa mempercakapkan pendapatnya. 2 Yang seorang yakin, bahwa ia boleh makan segala jenis makanan, tetapi orang yang lemah imannya hanya makan sayur-sayuran saja . 3 Siapa yang makan, janganlah menghina orang yang tidak makan, dan siapa yang tidak makan, janganlah menghakimi orang yang makan, sebab Allah telah menerima orang itu. 4 Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri. 5 Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri. 6 Siapa yang berpegang pada suatu hari yang tertentu, ia melakukannya untuk Tuhan. Dan siapa makan, ia melakukannya untuk Tuhan, sebab ia mengucap syukur kepada Allah. Dan siapa tidak makan, ia melakukannya untuk Tuhan, dan ia juga mengucap syukur kepada Allah. 7 Sebab tidak ada seorangpun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorangpun yang mati untuk dirinya sendiri. 8 Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan. 9 Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup. 10 Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah. 11 Karena ada tertulis: "Demi Aku hidup, demikianlah firman Tuhan, semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku dan semua orang akan memuliakan Allah. " 12 Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah. 13 Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi! Tetapi lebih baik kamu menganut pandangan ini: Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung!
Yang ini lebih nampol, tujuan ayat ini sebenernya utk golongan jemaat di Roma yang masih mengikuti aturan dan hukum PL, yakni tidak makan makanan haram, dan ada hari2 yang dianggap khusus, padahal sebenernya Tuhan sudah memberikan anugrah dan menguduskan semua makanan dan hari, makan Paulus mengingatkan agar mereka jgn terpecah hanya karena masalah ini, tp biar mereka tetap saling menghargai dan memuliakan Tuhan dengan tindakan mereka. (konteksnya antar sesama pengikut Kristus)
Nampol ke gua karena membicarakan masalah penghakiman lagi, konteks nya ke kasus gue adalah (ayat 1) gue menjudge orang yang lemah iman. (actually temen gue ini atheis). (ayat 4) Tuhan berkuasa membuat temen gue (yg tidak kenal Tuhan) tetep mampu berdiri (bertahan) sampe saat ini. (ayat 10) yaaah.. bener gue menghakimi temen gue melalui tindakan gue. padahal penghakiman itu milik Tuhan. (ayat 12) one day gue harus mempertanggung jawabkan tindakan gue ke Tuhan. (ayat 13) selain sama yg mau married ini, gue jelas2 bikin temen-temen gue yang laen berpikiran kalo erni aja nga bisa accept, and cenderung memberi penilai2an yg buruk. gue berdosa banget yaaaaaah...!
This is a hard situation, in one side, i should not judge her (by word, action, and expression) but the other side, gue harus bisa kasih sikap tegas yg mencerminkan Kristus. Gue udah berangan2, one day kalo semuanya berakhir, dia sadar dan menyesal. gue harus accept her as it is, dan nga ungkit2 apapun, karena itu artinya menjudge dia. tapi kapan semua ini berakhir? kita nga tahu apa yg dia cari. gue bahkan tanya langsung apa yg dia cari, dan dia nga jawab.
kalo kata pacar gue.. dia itu butuh Tuhan. yang bs bikin sadar cuman Tuhan. kita cuman perlu ketemuin dia sama Tuhan. tapi kalo sikap gue kmrn aja udah menjudge dia. how can she sees Christ on me?
Secara manusiawi, gue nga bisa senyum liat dia dengan gaun wedding nya, gue nga bisa enjoy the party, gue akan lose my appetite, gue nga mau foto sama kedua penganten, gue akan ogah2an berangkat dari rumah dan berharap hari itu nga pernah dateng. gue nga mau liat muka calon suaminya. what else can be horror than this? a sadness on a happiness.
I need Lord to reset my perspective. Tuhan cinta semua orang dibumi, bahkan yang belum kenal Dia, apalagi yang hancur dan hina sekalipun. I'm not better than my friend, she had chance to meet God (by me or others or Himself).
Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?
No comments:
Post a Comment